recent posts

Sponsor

Flickr Images

About us

Satu langkah besar

Satu langkah besar
Oleh: Mustaqim

Siang hari terasa terik, berteduh dibawah pohon yang tak terlalu besar, setelah berjam-jam memotong rumput-rumput di halaman rumah, cukuplah untuk menyejukkan badan yang terasa panas atau kata orang Pekalongan “Semromong”. duduk santai sambil merebahkan punggung di batang pohon, ku lepas caping lalu bisikku “Subhanallah nikmatnya…andaikan  ada banyak pohon disini pasti aku bisa merasakan betapa sejuknya angin yang bisa aku rasakan. Apakah orang-orang merasakan dan membayangkan hal sama dengan apa yang aku bisikkan ini?
Sorot mata melihat tanah yang kering seakan terlihat ada asap yang tak berwarna. Di depan ada langkah kaki menghampiri, sepertinya terburu-buru.

Dia: PaaakkkK….(“dengan suara lantang berteriak”)
Aku: Lho kamu sudah pulang sekolah? (“ucapku sambil ku peluk si kecil”)
Dia: iya ini kan sudah jam setengah 12 siang.

Suasana bertambah ceria, bermain-main dengan si kecil di bawah pohon yang tak terlalu besar. Suasana “semromong” seketika hilang ketika sudah bermain dengan si kecil di bawah pohon sambil bercerita.

Aku: Tadi disekolah diajarin apa? (“tanyaku sambil bermain-main dengannya”)
Dia: Tadi aku diajarin menanam sama ibu guru. Ibu guru bilang, kalau tanaman itu buaanyaaakk manfaatnya. Terus kalau tanamannya sudah besar bisa dibawa pulang aku. Ibu guru juga bilang aku harus merawatnya, setiap berangkat sekolah sebelum masuk kelas harus menyiram tanamanku dulu.
Aku: wuuiiihhhh…anak bapak pinter…(“ku peluk si kecil dengan ekspresi wajah gemes”). Ibu guru bilang apa lagi?
Dia: tanaman itu seperti………………………..manusia????????. (“jawabnya dengan nada bingung”). Kata ibu guru tanaman juga makan, kalau gak makan bisa sakit.
Aku: Hehehehe…(“senyumku dengan ekspresi gembira”). Iya, itu betul. Ade’ kalau nggak makan nanti juga bisa sakit, kalau sakit nanti disuntik sama Bu…..???
Dia: Bu dokter…….
Aku: Pinter…
Dia: di sekolah banyak tanaman bunga warna warni, ada merah, ungu, kuning, putih, bagus-bagus. Kasihan kalau tanamannya sakit…(“Tanyanya dengan reaksi mulut manyun”)
Aku: Nanti tanaman bunga mawar ade di rawat ya, supaya tanamannya tidak sakit. Terus tanaman ade mana?
Dia: ada di belakang, bentar aku ambil. (“berlari dia dengan lincahnya”)

Dengan sorot mata tertuju pada si kecil, aku tersenyum sambil berbicara sendiri dengan suara lirih, “Tumbuhlah besar seperti pohon yang tinggi dengan tajuk yang lebar dan berbuah manis, jatuhkan biji-bijimu di tanah subur”.
Ku lihat dia berlari ke arahku dengan wajah sedih dan air matanya mengalir.
“Dengan tersendu-sendu si kecil berkata”

Dia: (“sambil menangis”) Hiks…hiks…Paakk…tanamanku…………………….……(“hiks hiks”)….
Aku: Tanamannya kenapa? (“tanyaku sambil aku usap air matanya yang membasahi pipi”)
Dia: Hiks…hiks…hiks…tanamanku batangnya patah…(“suara tangisnya semakin keras”)
Aku: Cup..cup..cup..tidak apa-apa de’, nanti juga tumbuh batang lagi. (“jawabku sambil aku elus kepalanya”)
Dia: Tapi….(“hiks hiks hiks”)…dia kan sakit… …(“sambil menangis tersedu”)
Aku: tidak apa-apa, nanti juga sembuh. Yang penting nanti di rawat dan di jaga ya. (“sambil ku peluk si kecil dan ku elus punggnya”). Sudah jangan nangis lagi…cup..cup..cup……..Yuk kita taruh lagi tanamannya di tempat biasa.
Si kecil menangis dalam gendongan, tangannya erat memegang pot yang berisi tanaman mawarnya, seakan ingin selalu menjaganya sekalipun tanaman itu hanya patah batang dan dia merasakan bahwa tanaman itu sedang sakit.

“One Man One Tree”

Share on Google Plus

About Aroh taofiq

This is a short description in the author block about the author. You edit it by entering text in the "Biographical Info" field in the user admin panel.
    Blogger Comment
    Facebook Comment

0 komentar:

Posting Komentar

luvne.com resepkuekeringku.com desainrumahnya.com yayasanbabysitterku.com